KARYA TULIS GURU

 

MAKALAH GURU

 

SD NEGERI PONCOL 4

 

 

 


  

 

 

 

 

 

 

 

 


 

 

 

KECAMATAN PONCOL

KABUPATEN MAGETAN

TAHUN 2019

 

 


 

KATA PENGANTAR

 

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan Rahmat dan Karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada teman-teman Guru SD Negeri Poncol 4 yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga Dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman. Aamiin.

 

Poncol, 1 Maret 2019

 

 

Penulis

 

 

 

 

 

 

 

 

i

DAFTAR ISI

 

 

Halaman Judul

Kata Pengatar................................................................................................. i

Daftar Isi........................................................................................................ ii

Makalah ....................................................................................................... 1........

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

ii

TEKNIK PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN DAN METODE DISKUSI KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN DAYA FIKIR SISWA DALAM PELAJARAN PKn KELAS 3 SDN PONCOL 4

 

 

 

A.  BIDANG KAJIAN

      Teknik dan metode pembelajaran PKn kelas 3.

B.1. PENDAHULUAN

            SDN Poncol 4 adalah salah satu SDN terpencil yang ada di kecamatan Poncol. Murid kelas 3berjumlah 18 siswa, yang terdiri dari 6 orang siswa dan 12 orang siswi. Pada saat guru mengajar pelajaran PKn materi pembelajaran harga diri guru hanya menggunakan metode ceramah.

             Terlihat beberapa anak asik berbicara dengan teman sebangku dan ada juga yang bermain sendiri, sehingga dalam proses pembelajaran saat itu tidak berjalan lancar karena suara gaduh siswa. Untuk mengantisipasi hal itu gurupun memberi pertanyaan pada salah satu siswa yang ramai. Ternyata siswa tadi tidak bisa menjawab dengan baik pertanyaan dari guru kemudian pertanyaan tadi dilempar kepada teman sebangkunya ternyata juga tidak bisa menjawab. Akhirnya guru memberi kesempatan pada siswa yang lain untuk menjawab. Ternyata hanya satu siswa yang mengangkat tangan dan menjawab pertanyaan dari guru dengan sempurna.

            Gurupun memberi nasihat pada siswa agar mendengarkan penjelasan dari guru agar pintar. Lima menit setelah itu suasana menjadi tenang tetapi setelah waktu berjalan sekitar 20 menit siswapun menjadi ramai. Pada akhir pembelajaran guru memberi 10 pertanyaan tenyata setelah dikoreksi hanya 40% siswa yang tuntas KKM dan 60% siswa belum tuntas KKM.

B.2.ANALISIS MASALAH

            Berdasarkan pendahuluan dapat diambil analisis masalah sebagai berikut:

       1. Penjelasan guru terlalu cepat.

       2. Tidak adanya media pembelajaran.

       3. Metode yang digunakan hanya ceramah.

       4. kurangnya perhatian dari guru terhadap minat dan keinginan siswa.

       5. Siswa tidak ikut diajak berpikir tentang materi pelajaran.

       6. Siswa asyik berbicara dan bermain dengan temanya sendiri.

 B.3.RUMUSAN  MASALAH

        Bagaimana cara mengaktifkan daya pikir siswa dengan teknik pembelajaran bermain peran dan metode diskusi kelompok agar prestasi belajar PKn siswa kelas 3 SDN Poncol 4 meningkat?

 

B.4.ALTERNATIF TINDAKAN

       1. Guru menggunakan teknik bermain peran dan metode diskusi kelompok.

       2. Guru menjelaskan pelajaran dengan bahasa yang mudah dipahami siswa.

       3. Guru menjelaskan pelajaran dengan dengan bahasa yang mudah dipahami siswa.

       4. Guru memberikan balikan pada siswa sebagai rasa perhatian guru.

       5. Siswa disuruh menganalisis bagaimana sikap masyarakat dilingkungkan sekitar.

C.   TUJUAN PENELITIAN

       Mengetahui cara mengaktifkan daya pikir siswa dengan teknik bermain peran dan metode diskusi kelompok agar prestasi belajar PKn siswa kelas 3 SDN Poncol 4 meningkat?

D.    MANFAAT PENELITIAN

    1. BAGI GURU.

       a. Memperbaiki metode pembelajaran yang sekiranya  kurang cocok dengan mata pelajaran  PKn di kelas 3.

       b. Mengetahui efektivitas teknik bermain peran dan metode diskusi kelompok dalam pelajaran PKn.

       c. Pegangan bagi guru untuk lebih meningkatkan kuwalitas pembelajaran.

    2. BAGI SISWA

        a. Meningkatkan motivasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar.

        b. Meningkatkan daya pikir siswa dalam pelajaran PKn.

        c. Lebih mematangkan siswa dalam menyikapi kehidupan bermasyarakat.

    3. BAGI INSTALANSI SEKOLAH (LPTK)

        Mengetahui kekurangan metode ceramah dan kelebihan teknik bermain peran dan metode  diskusi kelompok.

3. KAJIAN PUSTAKA

    Sebagai landasan dalam merencanakan dan pelaksanaan PTK ini akan diuraikan secara be rturut-turut.

    1. TEKNIK PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING)

                Bermain peran (role playing) sebagai teknik pembelajaran sungguh besar manfatnya. Dengan teknik ini disamping pengangkatan suatu keadaan atau kejadian kedalam ruang kelas, juga sebagai perasaan keadaan dan perbuatan dari pada hal tersebut akan turut dirasakan  (dialami) siswa pelakunya.(Ittihad zainul amin). Tujuan dan kebaikan dari bermain peran menurut Faris shaftel. Dalam bukunya Role playing for social values mengemukakah sejumlah tujuan yang merupakan kebaikan dari teknik ini adalah :

          a. Agar memahami apa yang menjadi sebab dari sesuatu serta bagaimana akibatnya.

          b. Untuk mempertajam indra dan rasa siswa terhadap sesuatu.

          c. Sebagai penyalur / pelepas tension dan perasaan- perasaan.

          d. Sebagai alat mendiagnosis keadaan , kemampuan dan kebutuhan siswa.

          e. Kearah pembentukan konsep secara mandiri (self konsept)

          f. Membantu siswa dalam mengklarifikasikan ( memperinci, memperjelas) pola berpikir, berbuat dan ketramoilanya dalam membuat mengambil keputusan (dicrission making menurut caranya sendiri)

     2.  PERKEMBANGAN

                 Diskusi merupakan suatu perbincangan mengenai subjek dari berbagai sudut pandang (Noehi Nasution 2008).

Kelebihan dari diskusi kelompok menurut Nasution noehi dalam bukunya pendidikan IPA di SD antara lain :

  a. Semua murid bebas mengeluarkan pendapat jadi bersifat demokratis.

b. Merupakan cara yang efektif untuk mengajukan pertanyaan.

c. Mempertinggi peran serta murid secara perorangan.

d.Mendorong rasa persatuan dan mengembangkan rasa sosial.

e. Mengembangkan rasa kepemimpinan dan menghayati kepemimpinan bersama.

Kelemahan diskusi kelompok yaitu:

a. Bila pembicaraan didominasi saja oleh salah satu saja peserta diskusi.

b. Biasanya siswa yang pandai berbicara yang aktif dalam diskusi.

c. Pembicaraan sering menyimpang dari pokok permasalahan.

 

 

3.  PERKEMBANGAN

Perkembangan adalah perubahan yang terjadi pada manusia atau binatang pada saat pembuahan sampai mati (Woolfolk, 1993-26)

Suatu perubahan disebut sebagai perkembangan jika terjadi secara teratur, berlangsung dalam waktu yang lama serta mengarah kepada hal yang lebih baik, lebih teratur,lrbih efektif atau lebih kompleks. (Surya H .M 2007).

Fase – fase perkembangan anak Charlote buhler membagi perkembangan anak menjadi berikut:

a. Fase I (umur 0,0 – 0,1)

Masa menghayati objek diluar dirinya juga masa melatih fungsi –fungsi motorik.

b. Fase II (umur 1,0 - 4,0)

Fase bermain. Pada fase ini biasanya memindahkan keadaan batinya kepada benda-benda diluar dirinya.

c. Fase III (umur 4.0 – 8,0)

Masa sosialisasi anak. Anak mulai mengenal dunia luar secara objektif. Anak mulai mengenal juga arti pekerjaan, tugas dan kewajiban.

d. Fase IV (umur 8,0 – 13,0)

Masa sekolah rendah. Anak mulai memisahkan diri dari orang lain dan munculnya rasa ingin tahu lebih besar.

e. Fase V (umur 13,0 – 19,0)

Anak bersikap secara subjektif dan ini dilakukan secara sadar.

4. FASE PERKEMBANGAN ANAK.

Proses pembelajaran anak SD akan menghasilkan penguasaan keterampilan dasar , sebagai alat berpikir primer yang berupa keterampilan berkomunikasi, berbahasa membaca, menulis dan menghitung. Ketrampilan dasar ini diperlukan untuk mencapai alat berpikir sekunder yaitu penalaran rasional ( H.M Surya dalam bukunya kapita selekat tahun 2007 hal 6.87)

Selama dalam proses pendidikan di SD terdapat perkembangan jenis – jenis pembelajaran sebagai mana yang dikemukakan oleh Robert gagne yaitu :

a. Pembelajaran melalui isyarat.

b. Pembelajaran stimulus respons.

c. Pembelajaran melalui pertanian.

d. Pembelajaran melalui asosiasi ferbal.

e. Pembelajaran melalui diskriminasi.

f. Pembelajaran konsep.

5. PENGERTIAN PKn

 

Zainul ittihad amin dalam bukunya pendidikan kewarganegaraan mengartikan PKn sebagai usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik agar pada masa yang akan datang menjadi patriot pembela bangsa dan negara. Tujuan PKn salah satunya ialah menumbuhkan kesadaran bela negara dan kemampuan berpikir secara koperhensif dan intregal. Pengertian intregal adalah kemampuan berpikir tentang sesuatu dalam kaitanya dalam keseluruhannya.

 

F. RENCANA PROSEDUR PENELITAN

1.      Subjek penelitan    : Siswa SDN Poncol 4 kelas 3.

2.      Tempat penelitan   : SDN Poncol 4 Jln. Diponegoro Ds. Poncol Kec. Poncol Kab. Magetan

3.      Lama tindakan        : 2 minggu

4.    Waktu penelitan      : Tanggal 13 Maret 2010

 

 

G. PROSEDUR / LANGKAH – LANGKAH PENELITIAN

 

1. PERENCANAAN

·         Pembuatan RPP

·         Penyediaan alat dan media pembelajaran

·         Meminta bantuan teman sejawat untuk menjadi pengamat.

 

2. PELAKSANAAN

·         Melaksanakan perbaikan sesuai dengan RPP yang sudah di buat

·         Meminta kepada pengamat untuk mengefaluasi hasil pembelajaran.

·         Evaluasi berdasarkan angke.

 

3. OBSERVASI

Observasi terhadap pembelajaran yang sudah di lakukan.

 

4. REFLEKSI

    Guru mengadakan refleksi terhadap pembelajar.

 


 

UPAYA PENINGKATAN KWALITAS PEMBELAJARAN DENGAN METODE DEMONSTRASI PADA PELAJARAN IPA KELAS 4  SDN PONCOL 4

1. PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

 

                        Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan,pengendalian diri, kepribadian,kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (pasal 1 UU RI No 20 Tahun 2003)

                        Adapun tujuan pendidikan nasional adalah untuk perkembangan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga  negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

                        Untuk mewujudkan tujuan dan fungsi pendidikan tidak terlepas dari peran guru sebagai tenaga pendidik. Dalam kegiatan belajar mengajar seorang guru seyogjanya menggunakan metode yang tepat sehingga dapat menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, kreatif,efektif dan menyenangkan (PAKEM). Dengan cara belajar yang seperti ini maka pelajaran akan lebih bermakna dan melekat pada diri siswa.

                        Dalam penelitian ini peneliti akan meneliti kegiatan belajar mengajar murid SDN Poncol 4 dengan judul penelitian upaya peningkatan kuwalitas pembelajaran dengan metode demonstrasi pada pelajaran IPA kelas 4 SDN Poncol 4

                   Semoga penelitian ini nanti dapat bermanfaat untuk semua pihak yang membutuhkan.

 

1.2 PERMASALAHAN

                        SDN Poncol 4 salah satu SDN terpencil di kecamatan Poncol. Murid kelas 4 ada 16 siswa terdiri dari 7 orang putri dan 9 orang putra.

                        Pada saat pembelajaran IPA dengan materi sifat – sifat benda gas guru menggunakan metode ceramah dan penugasan. Karena kurang persiapan dari guru saat pembelajaran berlangsung siswa pun ramai sendiri dan ada juga yang asyik bermain dengan temannya, hanya tiga orang siswa saja yang benar- benar memperhatikan penjelasan dari guru. Sesekli guru pun menegur siswa yang ramai, seketika itu siswa menjadi diam karena takut dimarahi oleh guru. Tetapi tidak lama kemudian suasana kelas menjadi gaduh kembali, setelah sekiranya cukup penjelasan dari guru, guru mencoba untuk memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya apa bila ada yang kurang paham dari meteri yang disampaikan oleh guru tadi. Secara serentak siswa kelas 4 menjawab tidak ada pertanyaan.

                        Guru pun memberi latihan soal pada siswa untuk dikerjakan. Ternyata saat dikoreksi hanya 31,25% saja siswa yang tuntas KKM dan yang 69,75 belum tuntas KKM , maka guru pun harus mengadakan remedial  dan pengayaan.

 

1.3 ANALISIS MASALAH

·        Siswa pasif terhadap pembelajaran

·        Kurangnya penguasaan kelas oleh guru.

·        Tidak adanya media pembelajaran.

·        Kurangnya perhatian guru terhadap minat siswa.

 


 

1.4 RUMUSAN MASALAH

Bagaimanakah upaya untuk meningkatkan kwalitas pembelajaran dengan metode demonstrasi pada pelajaran IPA kelas 4 SDN Poncol 4 agar prestasi siswa meningkat?

 

1.5 TUJUAN PENELITIAN

Upaya untuk meningkatkan kwalitas pembelajaran dengan metode demonstrasi pada pelajaran IPA kelas 4 SDN Poncol 4 agar prestasi siswa meningkat.

 

1.6 MANFAAT PENELITIAN

A. Bagi guru

·        Memperbaiki metode pembelajaran yang sekiranya kurang tepat denngan materi yang diajarkan.

·        Mengetahui kemampuan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran.

·        Acuan bagi guru untuk melaksanakan KBM.

B. Bagi siswa.

·        Meningkatkan motivasi siswa saat belajar.

·        Mengaktifkan daya pikir siswa.

·        Mengetahui seberapa besar kemampuan siswa dalam menyerap materi.

 

C. Bagi instalansi sekolah (LPTK)

·        Mengetahui metode pembelajaran yang tepat untuk materi sifat – sifat benda gas.

·        Mengetahui kelebihan dan kelemahan metode ceramah.

·        Mengetahui kelebihan dan kelemahan metode demonstrasi.

 

1.7 BATASAN MASALAH

Dalam penelitian ini peneliti membatasi permasalahan yang ditelilti yaitu :

·        Metode pembelajaran ceramah, demonstrasi dan penugasan.

·        Kegiatan belajar mengajar kelas 4 SDN Poncol 4 semeser 1. Dengan materi pembelajaran sifat – sifat benda gas.

·        Upaya meningkatkan prestasi siswa dengan cara PAKEM.

 

2. KAJIAN PUSTAKA

2.1.P ENDIDIKAN

                      Sadiman, A.S., Rahrdjo, R. Haryono,A., dan Rahardjito 1986  Media pendidikan .Jakarta: C.V. Rajawali. Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi yaitu: proses penyampaian pesan dari sumber pesanmelalui saluran / media tertentu ke penerima pesan. Pesan,sumber pesan, saluran / media dan penerima pesan adalah komponen – komponen proses komunikasi. Pesan yang akan di komunikasikan adalah isi ajaran ataupun didikan yang ada dalam kurikulum sumber pesannya bisa guru, siswa, orang lain, ataupun penulis buku dan prosedur media. Salurannya media pendidikan dan penerima pesannya adalah siswa ataupun juga guru (hal 11 – 12)

Menurut Bloom 1956 seorang siswa dikatakan berhasil dalam belajar di sekolah bila ia dapat menunjukkan keberhasilan belajar dalam ketiga ranah afektif, kognitif dan psikomotorik. Keberhasilan belajar dalam ranah kognitif meliputi keberhasilan dalam kemampuan berpikir. Keberhasilan dalam ranah afektif misalnya dapat dilihat dari besarnya minat siswa dalam mengikuti pelajaran atau dalam keterlibatannya dalalm diskusi kelas. Keberhasilan dalam  ranah psikomotorik misalnya dapat di tinjau dari keberhasilannya dalam bidang olah raga dan kesenian.


 

2.2. PENGERTIAN IPA

Menurut Had hadiat dalam bukunya alam sekitar kita, PT Citra Media Persada. Mengemukakah bahwa Ilmu Pengetahuan Alam sebagai salah satu pelajaran

2.2. METODE CERAMAH

Menurut Sri anitah dalam bukunya strategi pembelajaran di SD Universitas Terbuka Halaman 5.25 – 5.26. Metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang menyajikan bahan pelajaran dengan mempertunjukkan secara langsung objek atau cara melakukan sesuatu sehingga dapat mempelajarinya secara proses.

A.Kelebihan dari metode demonstrasi adalah:

·        Siswa dapat mempelajari bahan – bahan pelajaran sesuai dengan objek sebenarnya.

·        Dapat mengembangkan rasa ingin tahu siswa.

·        Dapat melakukan pekerjaan berdasarkan proses yang sistematis.

·        Dapat mengetahui hubungan yang struktural atau urutan objek.

·        Dapat melakukan perbandingan dari beberapa objek.

 

    B.Kelemahan dari metode demonstrasi adalah:

·        Hanya dapat menimbulkan cara berpikir yang konkret saja.

·        Jika jumlah siswa banyak dan posisi tidak teratur maka demonstrasi tidak efektif.

·        Tergantung pada alat bantu yang sebenarnya.

·        Sering terjadi siswa kurang berani dalam mencoba atau melakukan praktek yang didemonstrasikan.

 

2.3.METODE CERAMAH

         Nuhi Nasution dalam bukunya Pendidikan IPA di SD Universitas Terbuka (halaman 5.20) Metode ceramah adalah suatu metode pembelajaran dimana guru menjelaskan dan murid mendengarkan.

Sri anitah dalam bukunya strategi pembelajaran di SD Universitas Terbuka hal 5.19 - 5.20  menjelaskan kelebihan dan kekurangan dari metode ceramah yaitu sebagai berikut:

A. Kelebihan metode ceramah yaitu:

·        Target jumlah siswa akan lebih banyak.

·        Metode ini dianggap ekonomis waktu dan biaya.

·        Bahan pelajaran sudah di pilih / dipersiapkan  sehingga memudahkan untuk mengklasifikasi dan mengkaji aspek bahan pelajaran.

·        Apa bila materi pelajaran belum di kuasai oleh sebagian siswa maka guru akan merasa mudah untuk menugaskan dan memberikan rambu –rambu pada siswa yang bersangkutan.

B. Kelemahan dari metode ceramah yaitu:

·        Sulit bagi yang kurang memiliki kemampuan menyimak dan mencatat yang baik.

·        Kemungkinan menimbulkan ferbalitas.

·        Sangat kurang memberikan pada siswa untuk berpartisipasi secara total

·        Peran guru lebih banyak sebagai sumber pelajaran.

·        Materi pelajaran lebih cenderung papda aspek ingatan.

.2.4.  PERKEMBANGAN

Perkembangan adalah perubahan yang terjadi pada manusia atau binatang pada saat pembuahan sampai mati (Woolfolk, 1993-26)

Suatu perubahan disebut sebagai perkembangan jika terjadi secara teratur, berlangsung dalam waktu yang lama serta mengarah kepada hal yang lebih baik, lebih teratur,lrbih efektif atau lebih kompleks. (Surya H .M 2007).

Fase – fase perkembangan anak Charlote buhler membagi perkembangan anak menjadi berikut:

a. Fase I (umur 0,0 – 0,1)

Masa menghayati objek diluar dirinya juga masa melatih fungsi –fungsi motorik.

b. Fase II (umur 1,0 - 4,0)

Fase bermain. Pada fase ini biasanya memindahkan keadaan batinya kepada benda-benda diluar dirinya.

c. Fase III (umur 4.0 – 8,0)

Masa sosialisasi anak. Anak mulai mengenal dunia luar secara objektif. Anak mulai mengenal juga arti pekerjaan, tugas dan kewajiban.

d. Fase IV (umur 8,0 – 13,0)

Masa sekolah rendah. Anak mulai memisahkan diri dari orang lain dan munculnya rasa ingin tahu lebih besar.

e. Fase V (umur 13,0 – 19,0)

Anak bersikap secara subjektif dan ini dilakukan secara sadar.

2.5. FASE PERKEMBANGAN ANAK.

Proses pembelajaran anak SD akan menghasilkan penguasaan keterampilan dasar , sebagai alat berpikir primer yang berupa keterampilan berkomunikasi, berbahasa membaca, menulis dan menghitung. Ketrampilan dasar ini diperlukan untuk mencapai alat berpikir sekunder yaitu penalaran rasional ( H.M Surya dalam bukunya kapita selekat tahun 2007 hal 6.87)

Selama dalam proses pendidikan di SD terdapat perkembangan jenis – jenis pembelajaran sebagai mana yang dikemukakan oleh Robert gagne yaitu :a. Pembelajaran melalui isyarat.

b. Pembelajaran stimulus respons.

c. Pembelajaran melalui pertanian.

d. Pembelajaran melalui asosiasi ferbal.

e. Pembelajaran melalui diskriminasi.

f. Pembelajaran konsep.

g. Pembelajaran mengikuti peraturan.

 

 

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PASSING ATAS BOLA VOLI SISWA KELAS V SD NEGERI UTAN KAYU SELATAN 25 PAGI MATRAMAN JAKARTA TIMUR MELALUI PENDEKATAN GAYA MENGAJAR LATIHAN DENGAN MENGGUNAKAN AUDIO VISUALBAB I

PENDAHULUAN

 

A. Latar Belakang Masalah

Belajar merupakan kegiatan sehari-hari bagi siswa di sekolah.  Kegiatan belajar tersebut ada yang dilakukan di sekolah, di rumah, dan  di tempat lain seperti: perpustakaan, dan museum. Belajar merupakan masalah setiap orang, sehingga tidak mengherankan bila belajar merupakan istilah yang tidak asing bagi kita.

Belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan ini sebagai hasil dari proses belajar dapat  ditunjukan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahaman, sikap, dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar. Sementara itu peranan siswa dalam proses belajar mengajar adalah suatu proses yang dialami oleh siswa di sekolah dalam mencari atau menambah pengetahuan, pengalaman dan sikap.

Kesan yang tertinggal pada siswa setelah melakukan proses belajar adalah bahwa apa yang dipelajari di sekolah tidak akan terlupakan walaupun dalam perjalanan waktu selanjutnya bisa saja terjadi perubahan dalam arti peningkatan pengetahuan yang juga menuju pada perubahan sikap, keterampilan maupun pemahaman.

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar seseorang tentunya tidak akan sama dengan individu lain. Banyak faktor yang memberikan kontribusi sehingga seorang individu terdorong untuk belajar sungguh-sungguh atau malas belajar sama sekali. Faktor tersebut tidak terlepas dari dalam diri individu itu sendiri maupun faktor dari luar individu, sebab seorang Individu adalah makhluk yang berkembang, makhluk yang aktif di dalam kegiatan sehari-hari. Manusia selalu berusaha untuk berhubungan dengan lingkungan sekitarnya, baik mencari teman maupun untuk memenuhi kegiatannya. Pemenuhan kebutuhan didasari selera dan keinginan masing-masing, sebab setiap manusia mempunyai pandangan dan perasaan yang berbeda. Dari Perbedaan yang ada masing-masing berusaha untuk mencari objek yang berkenan di hati, berusaha dengan segala kekuatan dan kemampuan untuk mendapatkan objek yang dimaksud dengan berkenyakinan dan mendahulukan aktivitas tertentu diantara aktifitas lain serta dikerjakan dengan giat walaupun dikerjakan dalam jangka waktu lama.

Pendidikan resmi atau formal di mulai sejak  Sekolah dasar, dimana salah satu mata pelajarannya adalah pendidikan jasmani yang diberikan sejak kelas I sampai kelas VI. Strategi pembelajarannya sangat komplek karena harus disesuaikan dengan perkembangan anak yang intinya sangat menyenangkan kegiatan pendidikan jasmani  yang memang termasuk dalam dunia bermain sesuai jiwa dan perkembangannya.

Dalam pelaksanaan proses pembelajaran Pendidikan Jasmani  yang dilaksanakan di sekolah-sekolah khususnya Sekolah Dasar Negeri Utan Kayu Selatan 25 Pagi, dirasa masih belum optimal karena terbatasnya waktu yang tersedia serta sarana di sekolah. Oleh karena itu diperlukan upaya-upaya perbaikan dalam proses pembelajaran, seperti guru yang menguasai materi pelajaran, pemilihan metode dan gaya mengajar yang tepat, pengadaan dan penggunaan media yang memenuhi syarat.

Pada saat proses pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di SD Negeri Utan Kayu Selatan 25 Pagi, diharapkan gurunya dapat menciptakan interaksi yang baik antara dirinya dengan siswa dan antara siswa dengan siswa secara maksimal, hal ini sangat penting untuk menghidupkan suasana dalam belajar. Guru berperan sebagai pengelola proses pembelajaran, bertindak selaku fasilitator sehingga memungkinkan terjadinya proses pembelajaran. Pada kenyataannya hal tersebut belum terlaksana secara optimal, padahal seharusnya dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran Pendidikan Jasmani tersebut, guru harus mampu menjabarkan tujuan dan materi pelajaran. Kemampuan profesional seorang guru meliputi kemampuan merencanakan, pengembangan tujuan materi, pemggunaan metode, alat-alat bantu dan penilaian serta alokasi waktu yang dibutuhkan untuk proses pembelajaran.

Pendidikan jasmani akan lebih berhasil jika  sarana dan prasarana pendidikan jasmani yang dibutuhkan telah tersedia, karena pada intinya setiap anak usia Sekolah Dasar sangat gemar bermain dengan dunia nyata yang secara langsung dinikmati. Tanpa adanya sarana dan parasarana yang memadai maka akan sulit pendidikan jasmani dapat berhasil, jika pendidikan jasmani tidak berhasil maka akan mempengaruhi keberhasilan pendidikan secara menyeluruh, karena dunia pendidikan Sekolah Dasar adalah dunia pendidikan yang pendekatannya melalui dunia bermain. Selain itu dalam mengajar pendidikan jasmani di Sekolah Dasar diperlukan teknik-teknik tertentu agar materi pembelajaran dapat sampai kepada siswa.

Dalam situasi ini maka gaya mengajar merupakan salah satu cara untuk mengatasi hambatan yang ada dalam mencapai hasil belajar yang optimal. Gaya mengajar merupakan salah satu faktor penunjang dan penentu kesuksesan dalam mengajar, dan ini ciri dari kompetensi profesi yang melekat dalam setiap penampilan guru pendidikan jasmani.

Atas dasar inilah penulis bermaksud menerapkan salah satu gaya mengajar yaitu gaya mengajar latihan yang dikembangkan oleh guru pendidikan jasmani khususnya pada siswa Kelas V SD Negeri Utan Kayu Selatan 25 Pagi Matraman Jakarta Timur dalam mengajarkan bola voli teknik passing atas di dapatkan hasil yang optimal.

 

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut :

a.  Bagaimanakah proses pembelajaran passing atas bola voli pada siswa Kelas V SD Negeri Utan Kayu Selatan 25 Pagi Matraman Jakarta Timur ?

b.  Faktor apa saja yang menentukan hasil belajar passing atas bola voli pada siswa Kelas V SD Negeri Utan Kayu Selatan 25 Pagi Matraman Jakarta Timur ?

c.  Bagaimanakah motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran passing atas bola voli menggunakan gaya mengajar latihan pada siswa Kelas V SD Negeri Utan Kayu Selatan 25 Pagi Matraman Jakarta Timur ?

d.  Apakah penerapan gaya mengajar latihan dapat meningkatkan hasil belajar passing atas bola voli pada siswa Kelas V SD Negeri Utan Kayu Selatan 25 Pagi Matraman Jakarta Timur ?

 

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi dalam hal Penerapan gaya mengajar latihan terhadap hasil belajar passing atas bola voli pada siswa Kelas V SD Negeri Utan Kayu Selatan 25 Pagi Matraman Jakarta Timur.

 

D. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah maka dirumuskan masalah sebagai berikut :

Apakah dengan penerapan gaya mengajar latihan dapat meningkatkan hasil belajar passing atas bola voli pada siswa Kelas V SD Negeri Utan Kayu Selatan 25 Pagi Matraman Jakarta Timur ?

 

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu :

a.  Mengkaji penerapan gaya mengajar latihan untuk meningkatkan hasil belajar passing atas bola voli pada siswa Kelas V SD Negeri Utan Kayu Selatan 25 Pagi Matraman Jakarta Timur.

b.  Meningkatkan proses belajar mengajar dengan cara mengamati secara sistematik gerakan atau pokok bahasan dari teman.

c.  Meningkatkan keterampilan siswa dan guru dalam mempraktikan teknik dasar passing atas bola voli dengan baik dan benar.

d.  Memberikan kemudahan bagi siswa dan guru dalam  menjalankan proses belajar mengajar bola voli.

 

F. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a.  Bagi siswa :

a.1. Dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

a.2. Dapat memudahkan dan meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru.

a.3. Dapat meningkatkan hasil belajar passing atas bola voli.

a.4. Dapat menciptakan hubungan sosial yang baik antara siswa.

a.5. Dapat menigkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi menyampaikan pendapat, pertanyaan, koreksi, maupun jawaban dalam proses pembelajaran.

a.6. Dapat memberikan umpan balik seketika kepada siswa mengenai                 materi yang sedang diajarkan.

b. Bagi guru :

b.1. Dapat meningkatkan kualitas dan efektifitas dalam proses pembelajaran passing atas bola voli.

b.2. Dapat meningkatkan kreativitas guru dalam melaksanakan proses pembelajaran passing atas bola voli.

b.3. Dapat menciptakan situasi pembelajaran yang kondusif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

b.4. Dapat lebih memudahkan guru dalam mengamati siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

c. Bagi sekolah :

c.1. Dapat meningkatkan perestasi Sekolah terutama pada bidang olahraga voli.

c.2. Dapat meningkatkan kinerja Sekolah

c.3. Dapat dijadikan gambaran untuk mengambil kebijakan dalam peningkatan mutu hasil belajar olahraga.

d. Bagi guru lain :

d.1. Dapat menimbulkan minat dan motivasi untuk melakukan   penelitian tindakan kelas dalam rangka meningkatkan KBM dan profesionalisme guru.

d.2. Dapat dijadikan landasan dalam memperbaiki proses pembelajaran khususnya pembelajaran olahraga.

 

 

 

 

 

BAB II

 

PENYUSUNAN KERANGKA TEORETIS

DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

 

A.   Kerangka Teoretis

1.  Hakikat Belajar Gerak

            Proses belajar gerak memiliki prinsip-prinsip yang hampir sama dengan proses belajar pada umumnya. Istilah belajar motorik tak terlepas dari pengertian istilah belajar pada umumnya. Belajar motorik adalah perubahan internal dalam bentuk gerak (motor) yang dimiliki individu yang disimpulkan dari perkembangan prestasinya yang relatif permanen dan semua ini merupakan hasil dari suatu latihan.1      Tahap-tahap yang dilalui dalam proses belajar gerak adalah : (1)   tahap kognitif, (2) tahap fiksasi untuk gerak tertutup dan tahap asosiasi untuk gerak terbuka, (3) tahap otonom.2

9

Tahap kognitif merupakan tahap, dimana seseorang belajar gerak sedang mendapatkan masukan informasi sebagai bahan proses pembentukan pola gerak dalam sistem memorinya. Pada dasarnya seseorang yang sedang belajar gerak menerima informasi melalui alat-alat reseptornya, seperti penglihatan, pendengaran, penciuman, sentuhan,yang disebut panca indra. Makin sederhana dan jelasnya informasi yang masuk akan cepat diterima dan disimpan dalam sistem memori.

           Tahap fiksasi/asosiasi, merupakan tahap dimana seseorang sedang mengaplikasikan pola rencana gerak.3 Dalam hal ini seseorang yang belajar gerak merujuk pada hukum asosiasi dimana unjuk kerja merupakan asosiasi dari berbagai pengalaman bagi seseorang pada tahap-tahap sebelumnya. Makin tepat pola gerak yang terbentuk dalam sitem memori akan menjadi dasar untuk makin baik kinerja keterampilan yang dihasilkan. Salah satu indikasi permanennya pola gerak dalam sistem memori adalah dengan makin baiknya tingkat koordinasi gerak yang dilakukan oleh seseorang. Bila keterampilan gerak terus dilakukan dengan pengulangan dan umpan balik yang efektif akan dapat mempercepat proses otomatisasi gerak.

           Tahap otonom, merupakan tahap akhir dan rangkaian proses belajar gerak.4 Gerakan otomatisasi merupakan hasil dari latihan yang dilakukan dengan efektif. Gerakan otomatisasi dalam mekanismenya tidak lagi dikoordinasikan oleh sistem saraf pusat, melalinkan pada jalur singkat sistem otonom.

 

           Baik ahli-ahli pendidikan jasmani maupun ahli pendidikan berpendapat bahwa belajar gerak erat kaitannya dengan upaya pemberian dan pengorganisasian pengalaman gerak agar siswa dapat mengubah kemampuan gerak ke arah kinerja keterampilan gerak tertentu.

           Belajar keterampilan motorik banyak berhubungan dengan kemampuan menggunakan gerakan anggota tubuh, sehingga memiliki rangkaian urutan gerak yang teratur, tepat, cepat, luwes, dan lancar. Belajar motorik memerlukan intelektual dan sikap, sebab belajar motorik bukan hanya semata-mata hanya gerakan dan lain-lain. Aspek utama dalam belajar gerak adalah tercapainya otomatisasi gerak. Gerakan yang sudah otomatis merupakan puncak motorik.5  

           Sedangkan Singer berpendapat, bahwa belajar gerak memiliki tujuan untuk mengembangkan berbagai keterampilan gerak secara efisien dan efektif.6

            Abdulkadir Ateng membedakan gerak menjadi : (1) gerak tertutup apabila tak ada faktor luar yang turut mengarahkan jalannya gerak, (2) gerak terbuka apabila gerak harus disesuaikan dengan keadaan luar yang tidak dapat diduga sebelumnya.7

           Berdasarkan teori serta penjelasan para ahli tersebut, maka pengertian belajar gerak adalah upaya pembelajaran dengan menggunakan aktivitas sebagai media untuk mencapai suatu tujuan dalam jangka waktu yang minimum, meskipun tidak mengabaikan faktor kognitif dan afektif.

           Dengan demikian dapat diartikan bahwa belajar gerak merupakan : (1) seperangkat peristiwa, kejadian, atau perubahan yang terjadi apabila seseorang berlatih yang memungkinkan menjadikan seseorang berlatih yang memungkinkan menjadi seseorang semakin terampil dalam melaksanakan suatu kegiatan, (2) belajar gerak adalah hasil langsung dari praktek atau pengalaman, (3) belajar gerak tak dapat diukur secara langsung, karena proses yang mengantarkan pencapaian perubahan perilaku berlangsung secara internal, (4) belajar gerak proses yang menghasilkan perubahan relatif permanen.

 

 

 

2.    Hakikat Hasil Belajar Passing atas Bola Voli

Berbagai macam pendapat serta pandangan yang dikemukakan oleh pakar pendidikan tentang pengertian “belajar” dan “hasil belajar”. Pada dasarnya terdapat kesamaan sebagai berikut : (1) belajar adalah terjadinya perubahan pada individu yang melakukan belajar ; (2) hasil belajar adalah kemampuan individu setelah melalui proses belajar, meliputi belajar kognitif, afektif, dan psikomotor.

            Seorang guru yang mengajarkan suatu mata pelajaran, ia tidak hanya mengutamakan mata pelajaran saja, tetapi harus juga memperhatikan anak itu sendiri sebagai manusia yang harus dikembangkan pribadinya.8 Jadi, dalam proses belajar mengajar harus dipelihara keseimbangan antara perkembangan intelektual yaitu bahan pelajaran dengan perkembangan psikologis, yaitu perkembangan anak sebagai pribadi yang utuh.

            Untuk hasil belajar, Gagne dikenal dengan sistematika “Lima kategori hasil belajar” atau “Five Major Catagories of Learned Capabilities” yang secara khusus memperhatikan hasil belajar. Kelima kategori tersebut adalah : (1) keterampilan intelektual (intellectual skill), yaitu kemampuan yang membuat seseorang menjadi kompeten terhadap suatu subyek sehingga ia dapat mengklarifikasi, mengidentifikasi, dan menggeneralisasi suatu gejala ; (2) strategi kognitif (cognitive strategy), yaitu kemampuan untuk bisa mengontrol aktivitas intelektualnya dalam mengatasi masalah; (3) informasi verbal (verbal information), yaitu kemampuan seseorang untuk menggunakan bahasa lisan maupun bahasa tulisan dalam mengungkapkan suatu masalah ; (4) keterampilan motorik (motor skill), yaitu kemampuan seseorang untuk mengkoordinasikan gerakan otot secara teratur dan lancar dalam keadaan sadar; (5) sikap (attitude), yaitu kecenderungan dalam menerima atau menolak suatu obyek.9

            Menurut Romiszowaki yang dikutip oleh Mulyono, memandang hasil belajar sebagai keluaran dari suatu sistem pengolahan dari berbagai masukan. Berbagai sistem masukan dari sistem tersebut berupa berbagai macam informasi, sedangkan pengeluarannya adalah berupa perbuatan atau kinerja (performance). Romiszowaki membedakan dua jenis hasil belajar, yaitu pengetahuan dan keterampilan.10

           Hasil belajar merupakan bentuk perubahan ranah-ranah kognitif, afektif, dan psikomotor, sebagaimana dikemukakan oleh Hasibuan sebagai berikut: Hasil belajar adalah perwujudan adanya perubahan pada ranah kognitif, yaitu dari tidak tahu menjadi tahu atau mengerti. Ranah afektif, yaitu dari sikap acuh tak acuh menjadi penuh perhatian. Ranah psikomotor, yaitu dari tidak tahu atau belum mengerti peran yang harus dimainkan sampai dapat berperan secara aktif.11

Dengan demikian proses belajar merupakan jalan yang harus ditempuh oleh siswa atau orang yang belajar untuk mengerti/memahami suatu hal yang sebelumnya tidak diketahui untuk dapat menerapkan apa yang telah dipelajarinya.

Passing atas dalam permainan bola voli merupakan usaha seorang pemain bola voli dengan cara mengunakan suatu teknik tertentu yang tujuannya adalah untuk mengoper bola yang dimainkannya itu kepada teman seregu untuk dimainkan di lapangan. Pada Permainan bola voli, bola tidak boleh menyentuh lapangan. Sentuhan bola yang sebentar sudah cukup untuk mencegah jatuhnya bola ke tanah, tetapi tidak cukup sampai disitu saja, bola juga harus diteruskan pada rekan seregu atau dipantulkan ke daerah lawan, dan gerakan ini harus dilakukan dengan cara yang menguntungkan pihak regu sendiri.

Passing atas atas adalah cara pengambilan bola atau mengoper bola dari atas dengan jari-jari tangan. Bola yang datang dari atas diambil dengan jari-jari tangan di atas, agak di depan kepala. Pengambilan bola dari atas dengan jari-jari tangan itu biasanya dilakukan untuk: 1). Pengambilan bola yang datang dari atas atau menerima bola dari atas kepala, 2). Memberikan umpan kepada teman yang akan melakukan smash yang sering disebut set up. Sikap permulaan pada teknik passing atas adalah berdiri tegak, kedua kaki agak dibuka, kedua lutut agak ditekuk badan sedikit condong ke depan. Kedua siku ditekuk, jari-jari tangan dijarangkan dan dikuatkan membentuk setengah bola. Ibu jari tangan berdekatan hingga membentuk huruf V ke bawah dan berada di depan sebelah atas dekat dahi. Gerakan pada saat bola datang mendekat, segera jari-jari tangan dipukulkan pada bola dengan gerakan jari-jari tangan dikuatkan lalu dipukulkan pada bola, sehingga kedua siku lurus ke atas dan serong ke depan. Kedua lutut diluruskan sehingga tumit terangkat. Pada saat jari-jari tangan bersentuhan dengan bola, segera gerakan tangan, pergelangan tangan, lengan, badan, lutut dan kaki secara serempak hingga merupakan suatu gerakan yang harmonis.

Tahapan gerakan passing atas atas sebagai berikut: Tahap persipan: a). Sikap Badan: Badan sedikit condong ke depan, berat badan bertumpu pada ke dua kaki. b). SIkap Kaki: kedua lutut sedikit ditekuk dengan jarak antara kedua kaki, kira-kira selebar bahu, dan satu kaki di depan. C). Sikap tangan: Tangan diangkat setinggi dahi, jari-jari direganggkan dan kedua ibu jari membentuj satu sudut.

Tahap kontak dengan bola: a). Sikap lengan: lengan digerakan lurus ke atas. b). Sikap siku: kedua siku lurus ke atas, c). Sikap tangan: Tangan digerakkan ke atas sehingga harmonis dengan gerakan lengan. d). Sikap jari-jari: Pada saat bola datang mendekat, segera jari-jari tangan dikuatkan dan dipukulkan pada bola dengan ruas jari pertama dan kedua terutama ruas pertama ibu jari,

Tahap gerak lanjutan: a). Sikap kaki: kedua kaki sedikit diluruskan mengikuti gerakan badan. b). Pergerakan: Pergerakan disini adalah mengambil posisi siap seperti pada posisi tahap pertama. C). Arah: arah yang dimaksud adalah menempatkan badan dengan jalannya permainan dan selalu siap untuk melakukan passsing atas. Untuklebih jelasnya dapat dilihat gambar berikut:

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 1. Gerakan Passing atas Atas Bola Voli

Sumber: Barbara L. Viera,Bola Voli Tingkat Pemula

3.   Hakikat Gaya Mengajar

           Dewasa ini dunia pendidikan mengalami kemajuan pesat yang ditandai dengan perhatian khusus terhadap bidang pengujian nilai-nilai pendidikan, tujuan pendidikan, kurikulum pendidikan, dan metodologi pengajaran.

           Salah satu aspek pendidikan yang senantiasa dikembangkan melalui penelitian adalah proses pengajaran, serta upaya untuk menghasilkan model-model pengajaran yang tepat. Pada dasarnya diperlukan suatu teori pengajaran yang bersifat universal yang difokuskan pada pengajaran sebagai satu aspek tingkah laku manusia yang berdiri sendiri. Teori pengajaran tersebut harus selalu menyertakan semua fenomena dan kondisi dari semua unsur yang berintegrasi dalam kegiatan yang sebenarnya.

           Dalam proses pengajaran diharapkan bisa meningkatkan kemampuan masing-masing siswa dalam mengemukakan gagasan pribadinya. Oleh karena itu seorang guru harus dapat menciptakan jembatan atau perantara yang menghubungkan siswa dengan materi pelajaran, serta keharmonisan dari semua pihak di dalam kegiatan tersebut, baik guru, materi palajaran dan siswa.

           Sebagai guru pendidikan jasmani, menurut B. E. Rahantoknam, harus memproses tiga kompetensi untuk mengubah tingkah laku, yaitu : (1) pengetahuan dan keterampilan dalam pendidikan jasmani, mencakup memahami tubuh manusia, mampu melakukan berbagai aktivitas pendidikan jasmani dan bagaimana belajar keterampilan motorik, (2) kemampuan mengajar atau metode, dan (3) hubungan pribadi atau interaksi yang bermakna.

           Proses belajar mengajar dengan menggunakan strategi mengajar yang tepat adalah sangat penting dalam upaya efektivitas dan efisiensi proses. Strategi mengajar adalah kemampuan untuk menggunakan berbagai metode penyebaran informasi kepada siswa melalui berbagai media dan menyusun pengalaman praktek yang pada dasarnya berpusat pada diri sendiri, interaktif, berdasar penemuan dan mandiri.

           Mosston berpendapat bahwa strategi pengajaran seperti halnya strategi perang, yang merupakan suatu cara untuk menyiasati sistem pengajaran, sehingga tujuan proses belajar mengajar dapat tercapai dengan efektif dan efisien. Selanjutnya dikemukakan spektrum gaya mengajar yang dipilih, merupakan jembatan penghubung antara siswa dan materi pelajaran. Spektrum pengajaran merupakan konsepsi teoritis serta rancangan, pelaksanaan dari gaya pengajaran yang akan dipilih oleh seorang guru.

           Dengan menggunakan spektrum pengajaran akan dapat memberikan kemampuan yang diperlukan oleh setiap guru dalam pemilihan gaya pengajaran tertentu, yang pada akhirnya akan membekali guru dengan pengetahuan mengenai langkah-langkah untuk mencapai keberhasilan dalam pelaksanaan proses belajar mengajar.

           Spektrum pengajaran tersebut menunjukkan pergeseran peran guru kepada siswa dalam hal pengambilan keputusan. Perangkat keputusan terdiri dari : (1) sebelum pertemuan (pre impact), adalah keputusan-keputusan yang harus dibuat pada saat terjadi kontak pertama antara guru dengan siswa ; (2) selama pertemuan (impact), keputusan-keputusan yang harus dibuat pada saat dilakukannya ; (3) sesudah pertemuan (post impact), keputusan yang diambil pada tahap evaluasi pemberian umpan balik kepada siswa.

           Dari tiga tahapan di atas saling berhubungan satu sama lainnya dan membentuk anatomi dari setiap gaya mengajar.

           Berdasarkan Anatomi Gaya dari Mosston, dalam upaya mengimplementasi dan mengaplikasikan spektrum gaya mengajar, Niel J. Dougherthy mengemukakan enam gaya mengajar, yaitu : (1) gaya komando (command style) ; (2) gaya latihan (task style) ; (3) gaya resiprokal (reciprocal style) ; (4) gaya kelompok kecil (small group style) ; (5) gaya penemuan terpimpin (guided discovery style) ; (6) gaya pemecahan masalah (problem solving style).

                       Mosston mengemukakan sebelas gaya mengajar, sebagai berikut : (1) gaya komando (the command style), (2) gaya latihan (the practice style), (3) gaya resiprokol (reciprocol style), (4) gaya periksa diri (the self-check style), (5) gaya inklusi (the inclution style), (6) gaya penemuan terpimpin (the guided discovery style), (7) gaya penemuan konvergen (the convergent discovery style), (8) gaya produk divergen (the divergent production style), (9) gaya program individual (the individual program-learner design style), (10) gaya inisiatif siswa (the learner initiated style), (11) gaya mengajar sendiri/diri (the self-teaching style).

                       Jadi yang dimasud gaya mengajar adalah kemampuan menggunakan berbagai cara untuk menyiasati sistem pengajaran sehingga tujuan proses belajar mengajar dapat tercapai dengan efektif  dan efisien.

     

4.   Hakikat Gaya Mengajar Latihan

           Tidak ada satu gaya mengajar yang paling cocok untuk mata pelajaran yang sama sekalipun. Untuk itu guru harus siap dengan beberapa alternatif gaya mengajar apa yang akan diterapkan pada saat-saat tertentu. Untuk memilihnya, tergantung pada kepekaan guru dalam memberikan bahan dan tugas pengajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa yang diajarnya.

           Gaya mengajar latihan merupakan salah satu model pengajaran yang cocok diterapkan pada pendidikan jasmani, karena memiliki keunggulan sebagai berikut : (1) guru akan mempunyai peluang untuk mengajar dalam jumlah siswa yang banyak sekaligus, (2) siswa belajar untuk bisa bekerja secara mandiri, (3) siswa mempelajari konsekuensi atas keputusan yang mereka buat sesuai dengan ketentuan yang ada, (4) siswa belajar mengenai keterbatasan waktu, (5) siswa bisa belajar mengenai sasaran yang harus dicapai dengan melaksanakan tugas-tugas tertentu, (6) siswa memiliki kesempatan untuk meningkatkan interaksi individual dengan setiap siswa.

           Ciri utama dari gaya latihan adalah selama pertemuan berlangsung ada beberapa keputusan yang dipindahkan dari guru kepada siswa. Pemindahan tersebut memberi peranan dan perangkat tanggung jawab baru kepada siswa.           Setiap siswa mempunyai kesempatan untuk menentukan cara membuat keputusan sendiri, dengan tetap memperhatikan ketentuan yang ada, mengenai : (1) sikap (postur), (2) tempat, (3) urutan pelaksanaan tugas, (4) waktu untuk memulai tugas, (5) kecepatan dan irama, (6) waktu berhenti, (7) waktu sela diantara tugas-tugas, (8) memprakarsai pertanyaan-pertanyaan.

           Pengajaran dengan gaya latihan didesain untuk meningkatkan keterampilan siswa dengan cara menugaskan siswa untuk melakukan banyak latihan berulang-ulang. Dengan pengulangan kegiatan tersebut diharapkan adanya peningkatan kekuatan fisik serta keterampilan siswa yang terlibat. Selain pengulangan gerakan, tidak kalah pentingnya adalah pemberian umpan balik yang tepat mengenai penampilan yang telah dilakukan oleh siswa.

           Menurut teori Guthrie yang dikutip oleh  Lutan, drill itu berguna untuk memperlancar siswa untuk melakukan lebih banyak jumlah respons yang tepat dan benar. Dikatakan bahwa : keterampilan diperoleh melalui pengulangan. Penguasaan suatu keterampilan, atau pemantapan keterampilan baru akan diperoleh melalui repetisi dimana setiap fase latihan mengembangkan kekompakan kaitan stimulus-respons.

           Sasaran yang berhubungan dengan tugas penampilan adalah : (1) berlatih tugas-tugas yang telah diberikan sebagaimana yang telah didemonstrasikan dan dijelaskan, (2) memperagakan/ mendemonstrasikan tugas penampilan yang diberikan, (3) lamanya waktu berkaitan dengan kecakapan penampilan, (4) memiliki pengalaman dan pengetahuan tentang hasil (balikan) yang diberikan guru dalam berbagai bentuk. Anatomi gaya latihan yang digambarkan Mosston dalam Gambar 2.

 

 

 

B

Keterangan :

Pra Pertemuan

Selama Pertemuan

Pasca Pertemuan

(G)

(S)

(G)

B. Gaya Latihan

G. Guru

S. Siswa

 

Gambar 2. Anatomi gaya mengajar latihan.

Sumber       : Musska Mosston (1994). Teaching Physical Education

                               New York : Macmillan College Publishing Company Inc.,

                       p. 32.

           Sesuai dengan anatomi tersebut di atas, maka peran guru dan siswa dapat dijelaskan sebagai berikut :

           Sebelum pertemuan (G) : Guru menjelaskan disain lembar tugas yang berisi apa yang harus dilakukan siswa dan bagaimana cara melakukannya, dengan berfokus pada tugas. Guru menjelaskan disain lembar tugas cara passing atas bola voli yang sudah dipersiapkan, yang harus diisi oleh siswa dan cara bagaimana melakukannya dengan berpedoman pada tugas.

Selama pertemuan berlangsung (S) : (1) siswa menerima tugas, (2) siswa membuat keputusan mengenai : sikap/postur, tempat, urutan pelaksanaan tugas, waktu untuk memulai tugas, waktu berhenti, kecepatan dan irama, waktu sela diantara tugas-tugas, memprakarsai pertanyaan-pertanyaan.Sedangkan guru hanya mengawasi pelaksanaan tugas oleh siswa, dan mengamati kesulitan ataupun kendala yang dihadapi oleh siswa.

           Pasca pertemuan (G) : Guru memberi umpan balik kepada seluruh siswa. Esensi dari pengajaran dengan gaya latihan adalah : (1) materi pelajaran diberikan secara utuh dengan penjelasan langsung maupun melalui lembar tugas, (2) latihan yang diberikan secara perorangan, (3) umpan balik yang diberikan oleh guru secara perorangan kepada setiap siswa.

           Dalam pengajaran gaya latihan, peran guru adalah memberikan umpan balik kepada semua siswa, baik mereka yang telah berhasil melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya, maupun yang belum. Atas dasar pendapat dan penjelasan di atas, gaya mengajar latihan adalah gaya yang ditandai dengan adanya pergeseran pengambilan beberapa keputusan dari guru kepada siswa selama proses belajar mengajar. Perpindahan tersebut memberi peran dan tanggung jawab kepada siswa untuk menentukan cara dan membuat keputusan sendiri dengan tetap memperhatikan ketentuan yang ada.

           Jadi yang dimaksud dengan gaya mengajar latihan dalam penelitian ini adalah model pengajaran yang  diterapkan guru pada pendidikan jasmani, dimana guru akan mempunyai peluang untuk mengajar dalam jumlah siswa yang banyak sekaligus, siswa belajar untuk bisa bekerja secara mandiri,  siswa mempelajari konsekuensi atas keputusan yang mereka buat sesuai dengan ketentuan yang ada, siswa belajar mengenai keterbatasan waktu,  siswa bisa belajar mengenai sasaran yang harus dicapai dengan melaksanakan tugas-tugas tertentu, dan siswa memiliki kesempatan untuk meningkatkan interaksi individual dengan setiap siswa.

 

 

5.         Karakteristik Siswa Sekolah Dasar Kelas V

Siswa Sekolah Dasar Kelas V mempunyai rentang usia antara 9 sampai dengan 11 tahun, dimana dalam usia tersebut masih dalam rentang usia dini. Meskipun usia dini masanya pendek tetapi merupakan masa yang penting bagi kehidupan seseorang karena seluruh potensi yang dimiliki perlu didorong agar berkembang secara optimal. Untuk menentukan pembelajaran gerak dengan tepat pada usia tersebut, guru pendidikan jasmani harus memilih bahan ajar dengan tepat, mengetahui karakteristik gerakan anak pada suatu tahap perkembangannya.

Masa usia Sekolah Dasar Kelas V memiliki karakteristik penghalusan dan penyadaran dengan menggunakan gerak dalam keterampilan tertentu, dengan menguasai gerak dasar secara bertahap maka akan menjadi lebih mudah menyesuaikan gerak dengan tepat.  Setelah melihat dari karakteristik siswa, guru menerapkan gaya mengajar yang paling tepat untuk digunakan dalam pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan.

 

B. Kerangka Berpikir

Pada Gaya Mengajar Latihan, keputusan-keputusan ada pada guru dan siswa. Pada sebelum pertemuan (pra-impact), keputusan dan peranan berada pada guru, sedangkan selama pertemuan (impact) berlangsung, ada beberapa keputusan yang berpindah kepada siswa.

Mereka diberikan peranan dan tanggung jawab baru, yaitu mempelajari lembaran-lembaran tugas yang harus dilakukan. Lembaran tugas tersebut berupa gambar-gambar rangkaian gerak passing atas bola voli  berikut penjelasan secara rinci. Lembaran tugas tersebut sebelumnya sudah disediakan oleh guru.

Pada Gaya Latihan, siswa dituntut untuk berperan aktif dan diberi tanggung jawab untuk mempelajari materi berupa lembaran tugas teknik passing atas bola voli  yang disediakan oleh guru. Siswa diberikan peranan untuk melakukan gerakan sesuai lembaran tugas yang telah diberikan dari mulai sikap awal sampai sikap setelah perkenaan tangan dengan bola. Selama pertemuan berlangsung, siswa harus dapat membaca dan menafsirkan lembar-lembar tugas yang diberikan oleh guru. Mereka diberi peran dan tanggungjawab.

 

C. Hipotesis Tindakan

            Berdasarkan tujuan teori serta kerangka berpikir, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :

Dengan menggunakan gaya mengajar latihan dapat meningkatkan hasil belajar passing atas bola voli pada siswa kelas V sd Negeri Utan Kayu Selatan 25 Pagi Matraman Jakarta Timur


 

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

 

A.  Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian tindakan kelas yaitu tindakan peneliti dengan melakukan keberadaan pemecahan suatu masalah, merencanakan solusi melakukan tindakan, mengevaluasi, mengubah masalah dan sekaligus menggunakan kritik orang lain sebagai tolok ukur dalam pengambilan kesimpulan terhadap masalah yang dikembangkan, sehingga hal tersebut dapat digunakan untuk menilai validitas uraiannya. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi barometer terhadap hasil pemecahan masalah dan pengambilan keputusan melalui pertimbangan yang mengarah kepada pertimbangan secara terstruktur.

Langkah yang diambil dalam pemecahan masalah menjadi semakin memiliki ketepatan yang mengarah pada peningkatan dan perbaikan suatu program yang mempunyai masalah. Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu untuk meningkatkan hasil belajar passing atas bola voli pada siswa kelas V siswa SD Negeri Utan Kayu Selatan 25 Pagi Matraman Jakarta timur.

Penelitian Tindakan Kelas diperkenalkan oleh Kurt Lewin sekitar tahun 1946 digunakan sebagai penelitian sistematik untuk menjawab masalah sosial yang berkembang, simultan dan menjurus kepada terwujudnya suatu perbaikan sistem yang dilakukan dengan bentuk perbaikan terstruktur dengan melalui kajian perencanaan, tindakan, observasi, refleksi dan pengulangan perencanaan.

Penelitian tindakan memiliki langkah-langkah sistematis yang terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Penelitian tindakan merupakan penelitian yang memerlukan perlakuan. Perlakuan dalam penelitian tindakan adalah dengan menggunakan program aksi, dimana program rencana kerja yang diimplementasikan berupa kerangka pelaksanaan aksi agar sesuai dengan kondisi kelas penelitian.

Seluruh hal-hal yang terkait dalam penelitian tindakan merupakan perencanaan program yang dirancang berdasarkan rencana yang disusun, dibahas antara peneliti dan kolaborator. Penelitian ini bersifat partisipatif  dan kolaboratoris. Artinya penelitian ini diteliti oleh peneliti itu sendiri dan diamati bersama rekan-rekan peneliti. Selanjutnya, hal-hal yang berkait dalam program aksi akan dibahas setelah kondisi awal penelitian.

Kemampuan awal siswa dapat diketahui dengan melakukan pengamatan atau observasi terhadap siswa dalam melakukan teknik dasar passing atas bola voli. Kemampuan awal yang dimaksud adalah kemampuan yang  belum mendapatkan perlakuan proses aksi dan merupakan kemampuan siswa yang sebenarnya.

Penelitian tindakan merupakan penelitian untuk perbaikan atau peningkatan mutu yang dalam hal ini diarahkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Perubahan atau peningkatan merupakan tujuan yang ingin dicapai dalam program aksi, hal ini merupakan kunci pokok dalam suatu proses.

Kolaborator dalam penelitian tindakan berfungsi sebagai pengamat, pengawas, pemberi saran dan sebagai penentu dalam penelitian sistematik yang dilakukan sehingga tercapainya tujuan sesuai yang diharapkan. Dengan demikian, tahapan akhir yang menjadi terminologi proses rancangan program aksi tergantung pada tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti dan kolaborator sebagai pelaku praktis dalam penelitian ini.

Berbagai unsur penting di bawah ini merupakan prinsip penelitian tindakan kelas. Uraiannya mencakup pada kritik refleksi (merupakan evaluasi program dan ini menjadi prinsip perubahan dan perbaikan yang harus dilakukan), kritik dialektik (merupakan pemahaman hubungan antar fenomena yang diteliti), kolaborator, gangguan beresiko (berupa gangguan yang akan terjadi dan berhubungan dengan kesanggupan peneliti untuk tetap tunduk pada aturan yang digunakan sebagai landasan kerja riset aksi tersebut dilaksanakan), struktur jamak (dalam penelitian jenis ini peneliti merupakan peneliti tunggal, namun yang bersangkutan harus tunduk pada 4 prinsip yang telah dijabarkan pada penelitian yang digariskan di atas sesusai program aksi berdasarkan struktur rancangan program).

Ciri-ciri penelitian tindakan kelas adalah : (1) Refleksi diri, maksudnya dalam penelitian tindakan dipandang sebagai suatu cara untuk memberi ciri bagi seperangkat berbagai macam kegiatan yang direncanakan untuk meningkatkan mutu pendidikan, pada pokoknya ia merupakan suatu cara yang dituangkan ke dalam suatu program refleksi diri, (2) Penelitian tindakan mencoba untuk mengidentifikasi kriteria dari kegiatan-kegiatan untuk melakukan perbaikan dalam program refleksi diri, (3) penelitian tindakan kelas bersifat partisipatif dan kolaboratoris karena melibatkan orang lain sebagai bagian dari suatu penelitian.

Penelitian ini menggunakan siklus, setiap siklus terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut :

 

a.  Perencanaan tindakan

Perencanaan tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a.1. Peneliti dan kolaborator melihat kondisi awal dari kemampuan siswa dalam memahami serta memperaktikan teknik dasar passing atas bola voli.

a.2. Peneliti dan kolaborator mendiskusikan hasil dari kemampuan awal siswa dalam memperaktikan teknik dasar passing atas bola voli.

a.3. Peneliti dan kolaborator menyiapkan materi-materi yang akan diberikan kepada siswa.

Penelitian ini menggunakan dua siklus, dimana setiap siklus mempunyai langkah-langkah seperti yang dijelaskan di atas.

·      Perencanaan tindakan siklus pertama

Pelaksanaan proses pembelajaran pada siklus ini yaitu dengan menerapkan gaya mengajar latihan dalam  mengajarkan teknik dasar passing atas bola voli. Kegiatan pembelajaran akan dilakukan secara berpasangan antar siswa dengan siswa, siswa dengan kelompok maupun antar kelompok.

·      Perencanaan tindakan siklus kedua

Perencanaan pelaksanaan pembelajaran lebih difokuskan lagi yaitu mengenai teknik dasar passing atas bola voli. Pada perencanaan tahap ini pembelajaran dilakukan secara berpasangan dimana siswa ditekankan untuk berpasangan pada saat melakukan pembelajaran passing atas bola voli, satu siswa bertugas untuk melakukan pengamatan atau koreksi terhadap gerakan mendorong bola dan siswa lain melakukan gerakan hal ini dilakukan secara bergantian. Pengamatan atau koreksi yang dilakukan siswa harus dapat menjelaskan kesalahan maupun kebenaran dari gerakan siswa lain yang diamati. Siswa juga diberikan koreksi secara langsung oleh guru pada saat proses pembelajaran berlangsung, koreksi yang diberikan berbentuk lisan maupun bentuk gerakan dengan disertai demonstrasi gerakan yang benar.


b.   

b.    Tahap pelaksanaan tindakan

Tahap pelaksanaan tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

-       Pelaksanaan proses pembelajaran mengikutsertakan observer dan guru pendamping, yang melakukan observasi sampai selesai pembelajaran.

-       Pelaksanaan observasi akan dilakukan oleh semua tim peneliti untuk mengumpulkan data. Pelaksanaan siklus pertama dilakukan sebanyak dua kali tatap muka.

-       Pelaksanaan refleksi dan evaluasi dilakukan oleh semua anggota tim peneliti, setelah memperoleh kesimpulan pada siklus pertama serta menentukan apa yang perlu diperbaiki. Setelah itu menentukan langkah yang kemudian akan dilakukan pada siklus kedua.

c.  Pengamatan

Langkah-langkah pengamatan dan observasi yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1.    Peneliti dan kolaborator mengamati proses pelaksanaan pembelajaran passing atas bola voli dengan menggunakan gaya mengajar latihan kepada siswa.

2.  Peneliti dan kolaborator melakukan pengamatan dan penilaian terhadap hasil belajar siswa.

d.  Refleksi

Pada tahap ini peneliti dan kolaborator mendiskusikan pelaksanaan pembelajaran passing atas bola voli dengan menggunakan gaya mengajar latihan serta hasil tindakan yang diberikan.

Untuk lebih jelasnya mengenai siklus Penelitian Tindakan Kelas, dibawah ini disajikan gambaran tentang siklus dalam penelitian, yaitu sebagai berikut :


 

SIKLUS PELAKSANAAN PTK

 

Perencanaan

 

 


Observasi

 

Tindakan

 

Refleksi

 

 

Perencanaan

 


Observasi

 

Tindakan

 

Refleksi

 

 

 

Gambar 3. Spiral Penelitian Tindakan Kelas model Hopkins, 1993.

        Sumber : Suharsimi Arikunto. Penelitian Tindakan Kelas. (Jakarta : PT Bumi    Aksara, 2008). p.105.


B. Lokasi dan Waktu Penelitian

·      Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SD Negeri Utan Kayu Selatan 25 Pagi Matraman Jakarta Timur

·      Waktu penelitian dilakukan mulai tanggal 5 Juni sampai 6 Juli 2010.

 

C. Subyek Penelitan

Subyek penelitian adalah siswa Kelas V SD Negeri Utan Kayu Selatan 25 Pagi Matraman Jakarta Timur yang berjumlah  40 orang, terdiri dari 22 orang perempuan dan 18 orang laki-laki.

 

D.  Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) dengan pengambilan data kualitatif dan kuantitatif, pelaksanaan penelitian melibatkan rekan sejawat sebagai kolaborator.

 

E.  Pengumpulan data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini melalui observasi dan pengamatan serta tes hasil belajar siswa yang dituliskan dalam suatu format. Untuk mengecek keabsahan data penelitian, dilakukan oleh peneliti bersama kolaborator. Teknik pengumpulan data yang diterapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.            Melakukan observasi atau pengamatan yang merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan belajar mengajar, dengan menggunakan pedoman observasi.

2.  Studi Dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik.

3.  Dengan menyiapkan lembar evaluasi, hal ini dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan prestasi belajar siswa.

 

F.  Analisis data

Pada penelitian ini, teknik yang digunakan dalam menganalisis data yang terkumpul dilakukan dengan mencari sumber data dalam penelitian yaitu siswa dan tim peneliti, dengan jenis data kuantitatif diperoleh langsung dari observasi dan pengamatan sebelum dan sesudah dilakukan tindakan berupa proses pengajaran teknik dasar passing atas bola voli pada siswa kelas V dengan menerapkan gaya mengajar latihan dalam proses pembelajaran. Data tersebut ditunjang dengan data kualitatif guna mencari gambaran yang lebih naturalistik pada siswa dengan model pengajaran ini.

Indikator keberhasilan penelitian ini ditentukan oleh :

1.  Hasil belajar siswa meningkat dalam pembelajaran passing atas bola voli pada siswa kelas V dengan penerapan gaya mengajar latihan dalam proses pembelajaranya.

2.  Siswa menjadi termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran passing atas bola voli.

3.  Siswa dapat menilai gerakan yang benar dan salah  pada saat proses pembelajaran, serta mampu melakukan gerakan passing atas bola voli dengan benar.

4.  Terjadi interaksi yang kondusif di antara siswa dengan siswa, maupun guru dengan siswa.

5.  Siswa memiliki kemampuan dan berkomunikasi dengan baik dan keberanian mengemukakan pendapat.

6.  Guru mampu merencanakan dan menyajikan proses pembelajaran teknik passing atas bola voli dengan penerapan gaya mengajar latihan.

7.  Suasana belajar mengajar menjadi menyenangkan, kondusif, dan tidak menimbulkan rasa jenuh bagi siswa.

Penelitian ini dikatakan berhasil apabila :

1.  Sebagian besar (80%) siswa merasa senang dan aktif dalam proses pembelajaran passing atas bola voli pada siswa kelas V.

2.  Hasil belajar siswa meningkat dalam pembelajaran passing atas bola voli pada siswa kelas V dengan penerapan gaya mengajar latihan dalam proses pembelajaranya

3.  Siswa dapat bersosialisasi secara baik dengan siswa lain dan guru.

4.  Siswa dapat menilai gerakan yang benar dan salah  pada saat proses pembelajaran, serta mampu melakukan gerakan passing atas bola voli dengan benar.

5.  Guru melayani siswa dengan beragam.

6.  Siswa menjadi termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran passing atas bola voli pada siswa kelas V.

7.  Terjadi interaksi yang kondusif antara siswa dengan siswa, maupun guru dengan siswa.

8.  Suasana belajar mengajar kondusif dan menyenangkan siswa.

Penilaian terhadap kemampuan siswa dalam melakukan passing atas bola voli, dengan kriteria: Skor 4= gerakan sangat sempurna, skor 3= gerakan sempurna, skor 2= gerakan hampir sempurna, dan skor1=gerakan kurang sempurna. Jumlah skor maksimal adalah 28.

Skor penilaian indikator passing atas bola voli terdiri dari 7 aspek pada isntrumen penilaian, dihitung nilai prosesntase dengan rumus sebagai berikut:

            Nilai   = Jumlah skor yang diperoleh      X 100

                          Jumlah skor maksimal

 

Prosentase ketuntasan belajar  = = Jumlah sisiwa tuntas belajar      X 100

                                                              Jumlah seluruh siswa

 

Nilai kriteria ketuntasan minimal = 63

 

Prosentase ketuntasan kelas       = 80%


 

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

 

A. Deskripsi Kondisi Awal Penelitian

            Peneliti menetapkan kondisi awal yang harus di identifikasi serta dikelompokkan terlebih dahulu. Kemampuan siswa terhadap penguasaan materi passing atas bola voli dengan menggunakan gaya mengajar latihan dalam proses pembelajaran.

            Kemampuan passsing atas bola voli pada kondisi awal siswa telah peneliti ketahui, kemudian peneliti menyusun rencana program berupa tindakan, observasi dan refleksi yang sudah ditetapkan kepada siswa sehingga menghasilkan penyusunan pembelajaran passing atas bola voli dengan melalui gaya mengajar latihan.

 

            Peneliti melakukan observasi atau pengamatan awal, dapat digambarkan bahwa siswa Kelas V SD Negeri Utan Kayu Selatan 25 Pagi Matraman Jakarta Timur memiliki bermacam-macam latar belakang seperti kemampuan motorik, postur tubuh, sikap dan kebiasaan maupun motivasi masing-masing siswa dalam mengikuti pembelajaran passing atas bola voli. Kemampuan siswa yang tidak merata dalam penguasaan gerak passing atas bola voli membuat situasi bagi peneliti menjadi sedikit sulit. Karena harus bisa menyeragamkan kemampuan siswa dari yang tidak bisa menjadi bisa passing atas bola voli.      

Kondisi tersebut tidak terlepas dari motorik individu siswa kelas V ini. Dengan mengamati siswa, peneliti jadi mengetahui bahwa sebagian besar dari siswa sekitar 80% tidak bisa passing atas bola voli, dan sebagian lagi bisa melakukannya tetapi kurang memiliki kaidah passing atas bola voli, hanya sebatas bisa saja.

            Proses akhir, tindakan dan refleksi yang digunakan untuk mengetahui kekurangan penerapan program perencanaan yang muncul di analisis mengenai strategi, pemberian materi, penerapan pendekatan dan penggunaan media serta alat pembelajaran. Setelah teridentifikasi kekurangan dalam penerapan gaya mengajar latihan dalam pembelajaran passing atas bola voli maka hasil identifikasi tersebut digunakan sebagai bahan untuk menyusun perencanaan berikutnya.

            Situasi yang dijabarkan di atas menjadi dasar bagi peneliti dalam memutuskan penerapan perencanaan selama proses belajar mengajar secara bertahap melalui gaya mengajar latihan yang dilakukan seperti, mengaitkan kemampuan dasar siswa yang sudah di ketahui mengenai passing atas bola voli, bertanya kepada siswa mengenai kesulitannya, sehingga siswa dapat menemukan sendiri gerakan yang nyaman dan benar dalam passing atas bola voli, lalu mengelompokkan siswa dalam proses pembelajarannya, sambil diberikan contoh-contoh gerakan yang di pisah-pisah bagian-perbagian sampai gerakan keseluruhannya, setelah itu merefleksikan apa yang sudah dipelajari dirangkaikan dan pada akhirnya dilakukan penilaian.

 

B. Deskripsi dan Pembahasan Siklus Pertama

            Siklus  pertama kegiatan pembelajarann dilakukan sesuai dengan perencanaan yakni :

a.   Penjelasan peneliti kepada siswa bahwa peneliti akan menggunakan mereka sebagai sampel penelitian dengan situasi duduk di lapangan (2 menit).

b.   Mengabsen kehadiran siswa agar peneliti mengetahui jumlah siswa yang dijadikan sampel penelitian (2 menit).

c.   Pemberian penjelasan pokok mengenai materi pembelajaran passing atas bola voli yang akan dilakukan secara singkat (3 menit).

d.   Guru memerintahkan siswa untuk berdiri dan berbaris 4 saf, setelah itu melakukan pemanasan dan peregangan pada hari pertama, pada hari selanjutnya dilakukan pemanasan dengan permainan (15 menit).

e.   Guru memberikan instruksi kepada siswa untuk berbaris dan membagi mereka dalam 2 kelompok.

f.    Guru memberikan materi awalan passing atas bola voli.

g.   Setelah itu Siswa dicontohkan untuk melakukan gerakan passing atas tanpa bola.

h.   Guru mengawasi siswa dan melakukan koreksi gerak secara langsung kepada siswa yang terlihat kaku dan kurang benar dalam melakukan gerakan passing atas bola voli.

i.    Hari kedua, materi dilanjutkan dengan sedikit mengulang materi sebelumnya dan ditambah materi gerakan lanjutan passing atas bola voli (1 jam).

j.    Setelah materi hari itu selesai dilanjutkan pendinginan dengan permaian menggunakan bol-bola kecil.

k.   Hari ketiga, materi pengulangan dan penggabungan materi passing atas dengan menggunakan bola. (1 jam).

l.    Hari keempat, atau hari terakhir siklus pertama dilakukan persiapan untuk evaluasi, dengan seperti biasa dilakukan absensi, pemanasan, pembelajaran selama 1 jam untuk pengulangan.

m.  Setelah itu di lakukan evaluasi secara keseluruhan dengan dinilai oleh kolaborator, siswa dipentintahkan passing atas bola voli. (30 menit)

            Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus pertama tentang kegiatan belajar mangajar secara keseluruhan, guru telah melakukan berbagai ketentuan dalam proses kegiatan belajar mengajar secara normal. Tetapi terdapat catatan dari kolaborator mengenai kurangnya penjelasan manfaat gerakan yang dilakukan, serta guru masih terlihat sebagai orang yang hanya memerintah siswanya dan kurang menjelaskan fungsi serta manfaat gerakan yang diajarkan.

            Hasil evaluasi yang diperoleh siswa pada pembelajaran siklus 1 disajikan dalam bentuk tabel dan grafik histogram sebagai berikut :

 

 

 

 

 

 

Tabel 1. Distribusi hasil belajar passing atas bola voli siklus 1

 

No

Nilai

F

%

1

15

10

25

2

16

7

17,5

3

17

7

17,5

4

18

4

10

5

19

4

10

6

20

3

7,5

7

21

3

7,5

8

23

2

5

Jml

 

40

100

 

 


 

Berdasarkan Tabel di atas, maka dapat diambil kesimpulan  bahwa sebanyak 24 siswa (60%) siswa Belum mampu melakukan gerakan passing atas bola voli, atau dengan kata lain belum mencapai batas ketuntasan minimal 18. Sedangkan siswa yang sudah mencapai batas ketuntasan sejumlah 16 siswa (40%). Data tersebut dapat disajikan pada tabel berikut:

Tabel 2. Hasil ketuntasan belajar passing atas bola voli siklus 1

No

Ketuntasan

KKM

F

%

1.

Lulus

18

16

40

2.

Tidak Lulus

18

24

60

 

JUMLAH

 

40

100

 

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat grafik batang berikut:

     J.    10

            9

     s      8       

     i       7

     s      6

     w      5

      a      4

              3

              2                  

              1       

           

15       16      17       18       19       20   22      23

Nilai

Gambar 4. Grafik Batang Hasil Belajar Passing atas bola voli Siklus 1

 

C. Deskripsi dan Pembahasan Siklus Kedua

            Pada siklus 2 kegiatan pembelajaran dilakukan sesuai dengan perencanaan yaitu:

a.  Mengabsen kehadiran siswa (2 menit).

b. Pemberian penjelasan pokok mengenai materi pembelajaran passing atas bola voli yang akan dilakukan (3 menit).

c. Guru memerintahkan siswa untuk berdiri dan berbaris 4 saf, setelah itu melakukan pemanasan dan peregangan pada hari kelima, pada hari keenam dilakukan pemanasan dengan permainan, dan hari ketujuh dan kedelapan dilakukan pemanasan dengan permainan memakai bola (15 menit).

d. Siswa diperintahkan untuk berpasangan, satu orang didepan berdiri sebagai pengumpan bola, dan yang satunya yang melakukan gerakan passing atas.

 e. Setelah itu istirahat selama 5 menit untuk pembenaran gerakan.

 f. Guru melakukan evaluasi pembelajaran secara menyeluruh.

Catatan yang telah diberikan oleh kolabolator atas hasil pengamatannya di siklus ke dua ini, guru telah melakukan ketentuan dalam proses kegiatan belajar mengajar secara baik. Guru juga menjadi lebih kreatif untuk memberdayakan seluruh siswa agar semua siswa mendapatkan pelayanan dan perhatian yang merata. Hal ini terlihat dari variasi-variasi proses pembelajaran yang dilakukan.

            Hasil evaluasi yang diperoleh siswa pada pembelajaran siklus 2 disajikan dalam bentuk tabel dan grafik histogram sebagai berikut :

Tabel 3. Distribusi hasil belajar passing atas bola voli siklus 2

No

Nilai

F

%

1

15

2

5

2

16

3

7,5

3

17

3

7,5

4

18

8

20

5

19

6

15

6

20

6

15

7

22

7

17,5

8

23

5

12,5

Jumlah

 

40

100

Berdasarkan Tabel di atas, maka dapat diambil kesimpulan  bahwa sebanyak 8 siswa (20%) siswa Belum mampu melakukan gerakan passing atas bola voli, atau dengan kata lain belum mencapai batas ketuntasan minimal 18. Sedangkan siswa yang sudah mencapai batas ketuntasan sejumlah 32 siswa (80%), Data tersebut dapat disajikan pada tabel berikut:

Tabel 4. Hasil ketuntasan belajar passing atas bola voli siklus 2

No

Ketuntasan

KKM

F

%

1.

Lulus

18

32

80

2.

Tidak Lulus

18

8

20

 

JUMLAH

 

40

100

 

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat grafik batang berikut:

     J.  

 8

     S    7

      i     6

      s    5

      w   4

      a    3

            2       

            1                 

 

                         15       16       17       18       19       20       22      23

 

Nilai

Gambar 5. Grafik Batang Hasil Belajar Passing atas bola voli Siklus 2

 

D. Hasil Penelitian

1. Siklus 1

            Proses pembelajaran pada siswa kelas V SD Negeri Utan Kayu Selatan 25 Pagi Matraman Jakarta Timur dilaksanakan, tahapan selanjutnya yang dilakukan harus mengacu pada bagaimana menyusun suatu konsep penelitian tindakan kelas. Setiap tahapan siklus yang dilakukan menjadi pedoman dasar peneliti dalam menjalankan siklus-siklus berikutnya secara teratur. Sebuah pengambilan keputusan yang penting dalam menetapkan kondisi awal siswa menjadi sesuatu yang dapat membawa proses pembelajaran selanjutnya menjadi lebih mudah untuk menentukan konsep pendekatan yang kita lakukan. Kondisi awal siswa yang pertama kita perhatikan, setelah itu perencanaan proses pembelajaran, tindakan yang akan dilakukan, observasi kegiatan, dan refleksi yang secara keseluruhan dapat mengantarkan kita pada penyusunan perencanaan pada siklus berikutnya, setiap perlakuan yang kurang sesuai dapat di kurangi bahkan dihilangkan sehingga menghasilkan tindakan yang lebih baik dan membantu penyusunan program pada langkah yang lebih kecil.

            Tahap awal untuk observasi peneliti melihat tingkat kemampuan siswa dalam pengetahuan dan keterampilan passing atas bola voli mereka. Sehingga peneliti dan kolabolator mendapatkan gambaran yang nyata untuk dijadikan bahan pembuatan perencanaan di tahap siklus pertama ini. Proses pembelajaran  siswa diterapkan melalui gaya mengajar latihan yang mengutamakan pada kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa itu sendiri. a. Perencanaan Tindakan Kelas

            Tujuan pembelajaran pada penelitian ini yaitu: 1). Siswa mengalami peningkatan hasil belajar dalam pembelajaran passing atas bola voli dengan melalui gaya mengajar latihan.2). Siswa menjadi lebih bersemangat dalam setiap mengikuti proses pembelajaran passing atas.3). Siswa dapat belajar memahami dan penguasaan gerak passing atas dengan baik. 4). peneliti mampu memiliki perencanaan yang baik untuk disajikan dalam proses pembelajaranya.

b. Pelaksanaan Tindakan Kelas

            Peneliti memiliki perencanaan yang baik untuk dijalankan pada tahap pelaksanaan tindakan kelas. Peneliti dan kolabolator menjalankan proses pembelajaran dengan gaya mengajar latihan kepada siswa yang menjadi sampel penelitian. Pada siklus pertama jumlah pertemuan dalam proses pembelajaran passing atas bola voli melalui gaya mengajar latihan yaitu sebanyak 4 (empat) kali pertemuan. Setiap pertemuan dilaksanakan selama 2 (dua) jam. Proses pembelajaran dilakukan diluar jam sekolah pada sore hari. Dan itu juga harus menyesuaikan jadwal sekolah serta dua kolabolator agar penelitian berjalan dengan lancar.

            Peneliti yang bertindak sebagai guru mencoba memberikan pembelajaran dengan perencanaan yang telah ditetapkan melalui gaya mengajar latihan. Ketika proses pembelajaran berlangsung kolabolator menganalisa baik penampilan guru, kegiatan siswa dan juga peningkatan-peningkatan yang diperoleh siswa dalam setiap pembelajarannya.

c. Hasil Observasi

            Pengamatan yang dilakukan kolabolator selama pembelajaran siklus 1 berlangsung hasilnya sebagai berikut :

1.   Siswa yang memahami dan mampu menguasai gerak dasar passing atas bola voli dengan baik sebanyak 60%.

2.   Siswa yang paham dengan konsep pembelajaran gaya mengajar latihan sebanyak 60%

3.   Siswa yang termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran passing atas bola voli dengan sungguh-sungguh sebanyak 60%.

4.   Berdasarkan hasil belajar passing atas bola voli siswa pada siklus 1 nilai rata-rata kelasnya adalah 17,52

5.   Siswa yang dibawah rata-rata dalam proses pembelajaran passing atas bola voli sebanyak 40%

6.   Hasil pemberian motivasi kepada siswa adalah 23 siswa yang aktif, 13 siswa kurang aktif atau sedang, dan 4 siswa pasif dalam proses pembelajaran.

 

d. Analisis Refleksi

            Siswa memahami dan merasakan penggunaan gaya mengajar latihan yang diterapkan sebagai upaya meningkatkan peningkatan hasil belajar  siswa pada materi pembelajaran passing atas bola voli. Hal ini dapat dilihat dari siswa yang memehami perintah yang diberikan oleh guru, dan melalui pertanyaan yang mereka ajukan serta siswa bisa menemukan sendiri gerakan-gerakan passing atas bola voli yang membuat siswa merasa nyaman. Dan menjadikan gerakan siswa menjadi lebih baik.

 

2. Siklus 2

a. Perencanaan Tindakan Kelas

            Tujuan pembelajaran pada penelitian ini yaitu: 1). Siswa mengalami peningkatan hasil belajar dari pada hasil siklus 1 dalam pembelajaran passing atas bola voli dengan melalui gaya mengajar latihan.2). Siswa menjadi lebih bersemangat dalam setiap mengikuti proses pembelajaran yang dilakukannya.3). Siswa dapat belajar dan memahamani serta penguasaan gerak yang lebih cepat dan baik. 4). Guru mampu memiliki perencanaan yang baik untuk disajikan dalam proses pembelajaranya.

b. Pelaksanaan Tindakan Kelas

            Peneliti dan kolabolator menjalankan proses pembelajaran dengan gaya mengajar latihan kepada siswa yang menjadi sampel penelitian. Pada siklus pertama jumlah pertemuan dalam proses pembelajaran passing atas bola voli melalui gaya mengajar latihan yaitu sebanyak 4 (empat) kali pertemuan. Setiap pertemuan dilaksanakan selama 2 (dua) jam.     

            Peneliti yang bertindak sebagai  guru mencoba memberikan pembelajaran dengan perencanaan yang telah ditetapkan sesuai hasil yang telah didapatkan pada siklus 1 melalui gaya mengajar latihan. Ketika proses pembelajaran berlangsung kolabolator menganalisa baik penampilan guru, kegiatan siswa dan juga peningkatan-peningkatan yang diperoleh siswa dalam setiap pembelajarannya.

            Pertemuan ke lima ini peneliti melanjutkan pembelajaran sebelumnya, yakni pemantapan passing atas bola voli. Guru memberikan penjelasan pokok mengenai materi pembelajaran passing atas bola voli yang akan dilakukan. 

c. Hasil Observasi

              Pengamatan yang dilakukan kolabolator selama pembelajaran siklus 2 berlangsung hasilnya sebagai berikut :

1.   Siswa yang memahami dan mampu menguasai gerak dasar passing atas bola voli dengan baik sebanyak 80%.

2.   Siswa yang paham dengan konsep pembelajaran gaya mengajar latihan sebanyak 80%

3.   Siswa yang termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran passing atas bola voli dengan sungguh-sungguh sebanyak 80%.

4.   Berdasarkan hasil belajar passing atas bola voli siswa pada siklus 2 nilai rata-rata kelasnya adalah 19,33.

5.   Siswa yang dibawah rata-rata dalam proses pembelajaran passing atas bola voli sebanyak 20%

6.   Hasil pemberian motivasi kepada siswa adalah 36 siswa yang aktif, 4 siswa kurang aktif atau sedang, dan 2 siswa pasif dalam proses pembelajaran.

d. Analisis Refleksi

            Siswa memahami dan merasakan penggunaan gaya mengajar latihan yang diterapkan sebagai upaya meningkatkan peningkatan hasil belajar  siswa pada materi pembelajaran passing atas bola voli. Hal ini dapat dilihat dari siswa yang memehami instruksi-instruksi yang diberikan oleh guru. Dan melalui pertanyaan yang mereka ajukan,  mereka bisa menemukan sendiri gerakan-gerakan passing atas bola voli yang membuat mereka merasa nyaman. Dan menjadikan gerakan mereka menjadi lebih baik. Setelah melihat hasil belajar yang sudah dilakukan guru, dan kolabolator meyakini hasil yang di dapat sudah benar, karena siswa mampu menguasai gerakan passing atas dan mengerti serta melasanakannya dengan baik dalam setiap pertemuan.

3. Hasil Pengamatan Kolabolator

            Siswa yang mengikuti proses pembelajaran passing atas bola voli melalui gaya mengajar latihan sebanyak 40 orang. Dan yang memilki kemajuan sebanyak 32 siswa atau 80 %. Maka menurut peneliti dan kolabolator, penelitian selesai sampai disini dan tidak melanjutkan ke siklus berikutnya. Karena masalah sudah dijawab dengan hasil peningkatan belajar terhadap siswa melalui gaya mengajar latihan dalam proses pembelajaran yang dilakukan. Perbandingan hasil belajar siklus 1 dan siklus 2 diberikan kolaborator dengan data kuantitatif berupa angka-angka.

Berikut disajikan grafik perbandingan antara siklus 1 dan 2.

            35

                                       32

                       30

                                                                                  24

            25

                                   20

                                          16

            15

10                                                               8

                                                                               

5

 

1

 

                                   Lulus                          Tidak Lulus

 

Gambar 6. Grafik Batang Perbandingan Ketuntasan hasil belajar

                   Passing atas bola voli siklus 1 dan 2                     

Keterangan              = Siklus 1                  = Siklus 2

:


BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

 

A. Kesimpulan

            Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan, masalah prosedur penelitian dengan menerapkan gaya mengajar latihan terhadap hasil belajar passing atas bola voli pada siswa kelas V SD Negeri Utan Kayu Selatan 25 Pagi Matraman Jakarta Timur. Maka hasil yang telah ada dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1.   Perencanaan kegiatan pembelajaran pada siklus pertama dan kedua peneliti konsisten melaksanakan berbagai kegiatan pembelajaran yang disyaratkan untuk menyelenggarakan kegiatan pembelajaran yang baik.

2.         54

Peneliti memberikan motivasi kepada siswa sesuai dengan rencana pembelajaran, hasilnya adalah 23 siswa aktif, 13 siswa kurang dan 4 siswa pasif. Berdasarkan hasil diatas pada siklus pertama siswa cukup antusias dalam mengikuti pembelajaran passing atas bola voli. Sesuai dengan refleksi, harapan dari peneliti 80% siswa aktif, termotivasi, serta antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Sehingga pada tahap siklus kedua peneliti berhasil memperbaiki pendekatan pembelajaran dengan memotivasi siswa sesuai dengan kondisi siswa pada saat itu, hasilnya adalah 32 siswa aktif dalam mengikuti pembelajaran passing atas bola voli, 4 siswa bersikap kadang aktif dan kadang acuh, serta 2 siswa tidak aktif atau pasif.

3.   Berdasar hasil belajar siswa pada siklus pertama nilai rata-rata kelas pembelajaran passing atas bola voli adalah 63 dan hasil belajar siswa pada siklus kedua adalah 70.

 

B. Implikasi

            Pembelajaran menggunakan gaya mengajar latihan mengharuskan siswa belajar berdasarkan lembar-lembar tugas. Pembelajaran ini memerlukan kreativitas guru. Pembelajaran passing atas bola voli dengan menggunakan gaya mengajar latihan perlu pengaturan sarana dan prasarana yang tepat, sesuai dengan kondisi yang ada. Pembelajaran menggunakan gaya mengajar latihan ini membuat siswa aktif dalam setiap proses pembelajaran.

 

 

 

 

C. Saran

            Peneliti dapat memberikan saran-saran sebagi berikut :

1.   Guru pendidikan jasmani harus kreatif dalam menyikapi kekurangan sarana dan prasarana pembelajaran yang ada di sekolahnya.

2.   Guru hendaknya memiliki berbagai macam pendekatan mengajar, agar siswa tidak jenuh. Dan guru harus meningkatkan kualitas diri masing-masing untuk meningkatkan kualitas pembelajaran pendidikan jasmani.

3.   Penerapan teknologi dalam pendidikan jasmani juga diperlukan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran

4.   Penyampaian pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan keadaan siswa di masing-masing sekolah, supaya siswa dapat mengerti serta menguasai apa yang disampaikan oleh guru.

5.   Guru dapat menerapkan gaya mengajar latihan dalam pembelajaran pendidikan jasmani sebagai salah satu pendekatan dalam mengajar, agar siswa tidak bosan, dan lebih aktif dalam proses pembelajaran.